Kalau bisa ku putar dunia,
Walaupun suasana agak tegang dan hiba,
Ku bersalah kepadamu.
Entah mengapa diri ini,
diselaputi rasa rindu kepadamu,
rindu akan kalammu,
nasihat berharga sepanjang waktu.
Dalam kesibukan ku seharian,
terkadang dirimu ku lupakan,
Teguranmu ku pandang enteng,
Ampun aku si anak tengung.
Tatkala masa terus berputar,
Dirimu semakin meningkat umur,
Sedang aku gigih belayar,
Di lautan ilmu akan terus ku belajar.
Abah,
Diraut wajahmu tersimpan seribu impian,
Ingin melihat anakmu menjadi ilmuwan,
Menjejak langkah ulama` silam,
Seterusnya dakwah ummat kepada Islam.
Segala ampun maaf ku pinta,
Sungguh ku tak pandai bermain kata,
Melainkan ungkapan tanpa suara,
Keyboard ini menterjemah bicara.
Ku harap redhamu duhai bapa,
Jalanan ilmu ini sangat bermakna,
Akhirnya ku sedar kenapa,
Aku berada di bumi anbiya`.
Tidak ada bicara seindah kata,
Melainkan sebuah janji setia,
Akan ku gapai istana cita-cita,
Demi melihat dikau bahagia.
Ampunkan daku, redhai aku, Doakan aku berjaya.
Dikau pesan agar aku menjadi ulama`. Daku ingat itu.
*Abah, sesungguhnya air mataku yang menulis lembaran ini.
Read more...